Berawal dari
masuk di SMA yang nggak pernah terbayang di pikiran. Menjalani masa MOS tiga
hari dengan segala pernak-perniknya yang cukup ribet. Pada saat itu tahun 2010.
Memasuki masa SMA yang harusnya disambut dengan penuh semangat, aku justru berlaku
sebaliknya.
Masa Orientasi
Siswa, yang dilaksanakan mulai hari senin sampai hari rabu pada sekitar bulan
juli 2010. Memakai rompi dari koran yang diharuskan nggak boleh sobak atau
rusak selama tiga hari itu. Memakai tas dari tempat sampat plastik dengan tutup
serbet di atasnya. Memakai topi gayung yang di beri tali rafia untuk pengikat,
dengan warna khusus yaitu ungu dan harus dikepang lima. Pernak-pernik MOS yang
cukup ribet, yang baru pertama kalinya ngerasain yang kayak gitu. Tidak lupa ID
card yang digantung, menggunakan tali rafia dengan model yang sama untuk
gayung. Masuk di gugus Al Mani', nama-nama gugus yang digunakan memakai
beberapa nama dari ke-99 Asmaul Husna. Sekolahku, masa SMA-ku, MAN Sidoarjo,
dimulai.
Hari pertama,
perkenalan anggota gugus, pengenalan sekolah, guru-guru, dan jajarannya.
Hari kedua,
perkenalan anak-anak anggota dari gugus lain.
Hari ketiga,
dari seluruh rangkaian acara yang ada, ini adalah hari yang sangat menarik.
Selain karena hari terakhir MOS, tapi ada alasan lain yang membuatku bisa
bilang begini. Sore hari sebagai acara penutupan, seluruh ekstrakulikuler yang
ada ditampilkan. Dari PMR, Al Banjari, Nasyid, dan sebagainya. Namun dari semua
itu, penampilan terakhirlah yang membuatku takjub. Marching band El-Wardah MAN
Sidoarjo. Dengan jumlah anggota yang banyak, lima puluh orang lebih kira-kira.
Baru pertama
kalinya liat formasi marching band yang lengkap kayak gitu, secara langsung
pula. Kompaknya mereka, formasinya yang cukup rumit berpindah-pindah namun
tetap bisa rapi. Satu hal yang membuat mataku ini heran sampai nggak bisa
berkata-kata. Colour guard-nya. Mbak-mbak pemainnya nari-nari di tengah-tengah
formasi yang njelimet itu, bawa-bawa bendera warna-warni, di lempar-lempar, di
puter-puter, benderanya ada banyak pula, nggak cuma satu. Lalu mainin
tongkat-tongkat lain yang kayaknya terbuat dari besi dan kayu. Hebatnya, mereka
menari ribet gitu masih bisa senyum dengan entengnya. Woooh.
Mungkin karena
faktor golongan darah B yang memang gampang tertarik dan penasaran sama
sesuatu, atau gimana. Tanpa ba-bi-bu, dalam benakku, aku cuman mau ikut ekskul
ini. Titik. Titik-titik di dinding. Ya gitu lha pokoknya.
Hari
pendaftaran tiba, banyak juga yang berminat ternyata. Aku dan beberapa anak
perempuan lainnya yang minat jadi CG ini dikumpulkan dalam satu kelas. Satu
kelas itu isinya beneran penuh ampe tumpeh-tumpeh. Saking penuhnya, sebangku
sampai kudu dipake duduk buat tiga orang. Lalu kami dipanggil maju, lima
orang-lima orang. Kami diberi kesempatan untuk berlatih memainkan bendera.
Jujurnya, aku cuma bisa muter-muterin ngawur bendera itu. Waktu latian pun
habis. Kami pun keluar kelas, menuju tempat tes. Kami diharuskan mengikuti
gerakan sang pelatih, sebisa kami. Dengan luwesnya si pelatih itu memainkan
bendera. Aku cuma bisa ngikutin ala kadarnya. Lalu kami di tes koprol, dan
selesailah tesnya.
Setelah semua
peserta dites, kami semua dikumpulkan. Ada beberapa nama yang disebutkan.
Namaku sempat dipanggil pada saat-saat terakhir. Bisik-bisik berisik dari
anak-anak yang bilang kalau yang namnya dipanggil artinya dia nggak lolos. Aku
cuma lemes, pasrah, lalu menunduk ngantuk. Tapi ternyata salah. Ramalan mereka
salah. Kami, yang dipanggil lolos. Akhh. Yeeee. *lalu jumpalitan sambil makan
kuah pempek*
Kami, sebagai
anggota baru pada saat itu, sudah di beri woro-woro kalau tiap tahun ada
perlombaan marching band bernama D'MOF (Delta Marching Open Festival) pada
bulan Februari mendatang. Kami masih punya waktu untuk belajar dasar-dasar.
Karena dijadwalkan pada buulan Agustus, kami sudah harus latian materi lagu
yang sebanyak empat buah untuk kami semua tampilkan nantinya. Dengan durasi
yang cukup lama pula, yaitu 20 menit.
Aku dan 19
teman-teman CG pada saat itu mulai belajar dasar-dasar memutar bendera: spin,
double spin biasa, double spin atas bawah, butterfly, melempar bendera dengan
hitungan yang tepat, dsb. Dan kami juga diharuskan latian koprol dan gunting
yang benar. Kami belajar sikap somensif. Ini nih yang berkesan. Kami para CG
dilatih untuk senyum dua jari dalam keadaan apapun saat tampil. Berdiri dengan
tubuh super tegak bak model, dengan kaki membentuk huruf V, dengan kaki kanan
yang agak condong ke depan. Dan yang paling bikin inget lagi adalah, aku dan teman-teman
belajar memutar-mutar bendera dengan tangan satu sambil tetap bersikap
somensif. Rasanya waktu itu, lengan udah kayak mau lepas dari tempatnya. Pegel
bukan main. Tapi lama-lama kami terbiasa.
Hari demi hari,
kami belajar satu demi satu lagu. Kami yang awalnya dilatih per bagian-bagian
jobdesnya sendiri, akhirnya mulai hafal dengan ke empat lagu yang akan kami
bawakan. Lalu tantangan itu pun datang. Kami semua disatukan. Drum, bass drum,
terompet, CG dikumpulkan jadi satu dalam formasi. Perjuangan sesungguhnya baru
dimulai, kawan :')
Kami latian
tiap hari jumat dan sabtu setiap pulang sekolah sampai jam 5 sore. Di lapangan,
menggunakan corong berangka dan berhuruf untuk mempermudah kami mengingat
posisi kami masing-masing dalam formasi.
Kami latian
hari demi hari sampai nggak terasa tiba saatnya gladi bersih, yang sekaligus
tempat kami tampil nantinya, di GOR Sidoarjo. Gladi bersih yang berlangsung
pada hari jumat dari sekitar jam 9 pagi sampai sekitar jam 3 sore. Disitu sempat
ada kejadian nggak enak untuk salah satu teman CGku yang nggak sengaja kena
pukul tongkat mayoret. Pelipisnya agak bengkak dan merah. Pelatihku, Mas
Ilmawan, panik bukan main. Dia pun jadi agak emosi. Setiap salah satu anggota
saja yang salah atau lupa posisinya dimana, kami mengulang lagi dari lagu
pertama. Dan pegelnya, aku dan temen-temen CGku juga kudu ngambil semua bendera
dan tongkat yang udah di atur. Kami ambil lagi, bentuk formasi awal, lalu
menyebar sesuai posisi masing-masing, lalu meletakkan bendera dan tongkat di
sisi pinggir lapangan yang sudah diatur sebelumnya. Belum lagi aku yang
kebetulan dapet posisi terus di depan sempat kena tegur Mas Il karena sering
menunduk. Padahal maksudku menunduk itu kan sambil ngafalin gerakan -__-
en-tah-lah. Aku nurut aja lalu membiasakan diri dengan sikap somensif yang
lebih tepat sesuai yang diajarkan.
Hari sabtunya
kami dapat satu hari istirahat untuk besok minggunya saat penampilan kami.
Minggu, 27 Februari 2011, benar-benar jadi hari bersejarah. Sayangnya banyak
teman-temanku yang nggak bisa datang melihat hari itu. Kami tampil membawa nama
sekolah, lomba tahunan ini udah kayak taruhan hidup mati kami. Latian
habis-habisan 4 bulan lebih.
Lalu tiba
saatnya tampil, kami tampil sekitar jam 5 sore. MB-El Wardah dipanggil, kamis
siap-siap, deg-degan, kebelet ke kamar mandi, ga karuan lha pokoknya. Kami
bersiap memasuki lapangan, bersiap pada posisi, lalu menyebar. Musik pun mulai
dimainkan. Oiya, ada yang istimewa saat penampilan kami. Di lagu kedua ada
adegan mbak Pupu, kakak kelasku yang bermain bendera sendiri. Istimewanya, dia
diharuskan bisa melempar bendera setinggi-tingginya lalu menangkapnya tanpa
boleh jatuh. Kemudian datang mas Edar pakai sepeda kebo berwarna putih yang
datang menjemput. Itu adegan yang dirahasiakan, dan ternyata itu juga adegan
yang paling banyak antusias penontonnya :")
Kami berhasil
tampil, dengan dag-dig-dug yang masih berdegup, suara gemuruh penonton. Ibu dan
adekku yang nggak kalah hebohnya. Uhuuu :")) Kami menunggu pengumuman
pemenang sampai sekitar pukul 7 malam.
MB-El Wardah
full band menang sebagai juara kedua, setelah salah satu universitas dari
Malang. Dan selanjutnya, CGnya MB-El Wardah menjadi pemenang juara satu. Heboh
sorak sorai dari kami semua, ini lelah yang benar-benar membahagiakan. Kami
menerima piala itu, berfoto ria sepuasnya dengan benda-benda itu. Lalu pulang
dengan keringat bahagia. Tak sabar memberitahukan teman-teman di sekolah
teantang keberhasilan kami :")